Pentingnya Budaya Sensor Mandiri

Assalamualaikum Wr. Wb.





          Sekarang banyak dunia perfilm-an dan acara TV yang bagus-bagus. Kita tau, bahwa banyak sekali tayangan yang dipertontonkan bebas, seperti perfilm-an. Semua itu bisa dilihat oleh semua umur, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Bayangkan jika, film orang dewasa tersebut dilihat oleh anak yang berusia dibawah umur. Bisa saja hal tersebut dapat memengaruhi pemikiran dan perkembangan psikis mereka. Selain itu, anak akan meniru apa yang dia lihat.

          Maksudnya anak yang berusia dibawah umur itu adalah anak yang masih kecil. Usianya sekitar 1-12 tahun. mereka belum bisa membedakan mana tontonan yang baik maupun tontonan yang buruk bagi mereka.

          Namun, anak-anak juga terkadang kurang pengawasan dari kedua orang tua mereka. Oleh karena itu, sebagai orang tua kita harus selalu memperhatikan anak-anak mereka, mulai dari hal yang kecil sampai hal yang besar. Selain bimbingan dari orang tua, LSF (Lembaga Sensor Film) juga menekankan budaya sensor mandiri. Sehingga, orang tua dapat memilih tayangan yang cocok sesuai dengan usia mereka/anak-anak mereka.

          Namun hal tersebut tidak akan berhasil tanpa kesadaran masing-masing. Percuma saja jika LSF telah mengoptimalkan sepenuhnya, tetapi kesadaran masyarakat masih kurang. Jadi kita juga tidak boleh menyalahkan LSF karena belum tentu mereka yang salah, mereka juga sudah berupaya meningkatkan kesadaran sensor mandiri. Seperti lewat iklan walaupun hasil yang didapatkan kurang maksimal.   

          Selain itu, mereka juga memasang simbol klasifikasi rating acara televisi dengan bertuliskan BO(Bimbingan Orang tua) maupun RBO(Remaja Bimbingan Orang tua) tetapi hal tersebut masih banyak orang tua yang memperbolehkan anak-anak mereka untuk melihat acara yang seharusnya mereka tidak pantas (tidak sesuai umur) dilihat oleh anak-anak di bawah umur.

        Selain itu, LSF juga masih berupaya untuk menekankan pentingnya budaya sensor mandiri dengan berbagai cara. Seperti, Membatasi penonton di bawah umur agar tidak melihat hal-hal yang seharusnya tidak pantas untuk dilihat oleh anak-anak di bawah umur. Selain itu, LSF juga memberikan sponsor dengan bunyi “teeet” untuk setiap kata-kata yang jorok maupun misuh yang seharusnya tidak didengar/dicontoh oleh remaja maupun anak-anak dibawah umur. Selain itu, LSF juga memberikan gambar yang buram untuk menutupi senjata yang tajam, orang yang sedang merokok, dan beberapa bagian tubuh pemain film yang tidak seharusnya dilihat oleh anak-anak dibawah umur.

          Tindakan LSF (Lembaga Sensor Film) memang patut diajungi jempol. Meskipun banyak masyarakat yang tidak setuju dengan tindakan mereka. Selain itu, LSF juga dapat berguna untuk membentuk pribadi generasi penerus bangsa dengan baik. Selain itu, dengan kemajuan teknologi yang semakin lama semakin berkembang, jadi pasti banyak pula tontonan yang bisa digunakan oleh semua pihak.

        Saya akan memberikan tips agar kita dapat memilih tayangan baik acara televisi maupun tayangan film yang cocok adalah

* Sebaiknya menonton TV/ Film harus dibimbing oleh kedua orang tua khususnya anak di bawah
   umur.
* Pilihlah acara TV/ Film yang mengandung manfaat bagi diri kita
* Mengatur jadwal menonton TV/ Film khususnya anak dibawah umur
* Berikan tontonan yang baik terutama buat anak dibawah umur.

Ini yang dapat saya sampaikan. Semoga bermanfaat buat kita semua 
Wassalamualaikum Wr. Wb.
w

2 komentar: